Paham-paham keliru yang membudaya di Indonesia

Sabtu, 27 Februari 2010

Paham-paham keliru yang membudaya di Indonesia

Kita melihat banyak sekali paham-paham keliru yang selama ini berkembang dalam masyarakat kita yang mana punya andil besar sekali membuat bangsa kita bukan saja terus tertinggal dari bangsa-bangsa lain, bahkan yang lebih parah lagi membuat bangsa-bangsa lain terus mengambil keuntungan dari kelemahan kita tersebut. Itulah sebabnya kenapa saya mengatakan “keliru” Karena saya melihat ternyata lebih banyak efek negatif yang ditimbulkan dari pada efek positif. Inilah beberapa paham keliru itu:

1. « Langkah, rezeki, pertemuan, maut » ada di tangan tuhan.
Kalau hidup dan mati memang benar ada ditangan tuhan, namun soal langkah, rezeki dan jodoh adalah nasib yang ditentukan oleh diri kita sendiri. Rasanya sangat tidak adil sekali kalau kita menyalahkan Tuhan dalam nasib yang datang dari hasil perbuatan kita sendiri.

Pemahaman nasib manusia ada ditangan Tuhan yang selama ini membudaya luas di masyarakat kita ternyata telah membuat bangsa kita menjadi bangsa yang bermental pasif, tidak ulet, tidak gigih dan cepat pasrah, tidak pernah ber-sungguh2. Dan menjadi bangsa yang selalu kalah dalam segala event, tertinggal dalam pergaulan masyarakat dunia, menjadi bangsa yang bermental lemah, karena selalu merasa nasib dan ketentuan akhir itu bukan milik kita.

Sementara kita melihat bangsa-bangsa lain sangat ulet dan gigih sekali dalam memperjuangkan nasib, meraih keberhasilan dan tujuan. Karena mereka merasa nasib itu milik mereka sendiri. Mereka tidak pernah mengenal kata pasrah atau menyerah. Mereka cuma tahu bahwa hanya mereka sendirilah yang bisa menentukan masa depan mereka. Mereka terus bekerja keras dan sungguh-sungguh dan terus berusaha seoptimal mungkin, sepertinya mereka akan hidup selama-lamanya di dunia ini. Sementara bangsa kita terlalu cepat menyerah, cepat pasrah pada nasib. Untuk apa bersusah-payah banting tulang, bukankah nasib kita telah ditakdirkan Tuhan?

Mungkin dalam hal ini kita perlu merenung kembali Firman-Nya bahwa « Tuhan tidak akan merubah apapun pada umatnya sampai umat itu sendiri yang merubahnya » Dengan kata lain Tuhan mengatakan bahwa nasib kamu ada ditangan kamu sendiri, bukan di tangan-Ku.

2. Rezeki anak ada ditangan tuhan, banyak anak banyak rezeki.
Sama seperti yang saya uraikan diatas, bahwa kita sendirilah yang mengatur nasib kita. Begitupun dengan anak2 kita. Mau mereka berhasil atau gagal, mau mereka kaya atau miskin, mau hidup susah atau senang mau dapat jodoh anak orang kaya atau anak pereman kita dan anak kita sendirilah yang menentukannya, bukanlah kehendak Tuhan, walaupun semua itu tidak lepas dari pengetahuan dan catatan tuhan yaitu "lauhul mahfudh", karena Tuhan maha mengetahui apa2 yang akan terjadi. Oleh sebab itulah Tuhan memerintahkan kita agar memilih jodoh dari orang2 yang berkriteria baik-baik seperti orang sholeh, berketutrunan baik, cakap dan kaya. Karena lauhul mahfudh itu adalah perbuatan kita sendiri selama di dunia, bukanlah takdir tuhan. Kita juga harus menentukan dan memastikan seberapa banyak anak yang mampu kita tanggung. Jangan sampai kita punya banyak anak tapi semuanya jadi terlantar karena tidak mampu membiayai mereka. Rasanya memang sudah tidak zamannya lagi kita mengatakan banyak anak banyak rezeki.

3. Berilah anak2mu ilmu, jangan beri mereka harta.
Kita melihat rata-rata para orang tua di negara-negara lain selalu berfikir bagaimana menyiapkan masa depan anak-anak mereka. Untuk itu mereka terus bekerja keras untuk mempersiapkan usaha-usaha atau perusahaan yang akan mereka wariskan. Sementara para orang tua kita selalu mengatakan berilah anak2mu ilmu jangan beri mereka harta. Mereka juga mengataakan Rezeki anak ditangan tuhan, banyak anak banyak rezeki Jika semua orang tua di Indonesia berpedoman seperti itu bagaimana kelak jadinya Negara dan bangsa kita ini? Kalau zaman dulu kita bisa mengatakan “Berilah anak2mu ilmu jangan beri mereka harta” Namun zaman sekarang pemikiran seperti itu sudah tidak sesuai lagi. Kita telah banyak melihat sarjana-sarjana yang menjadi pengangguran. Bangsa dan pemerintah kita kurang menghargai Ilmu dan orang2 berilmu. Lihat saja gaji para guru di Indonesia. Sementara di beberapa Negara lain untuk pelajarpun ada dana khusus yang dialokasikan pemerintahnya apalagi untuk para guru.

4. Pemahaman Tawakkal yang keliru, menimbulkan sikap
pasrah berlebihan dan melemahkan jiwa bersaing.
Tuhan memerintahkan kita agar mendirikan sholat, memberi sedekah dan puasa. Dan Tuhan juga menyuruh kita untuk selalu bertawakkal. Dan kita semua juga yakin bahwa tidak mungkin Tuhan memerintahkan sesuat kepada hambanya seperti sholat, zakat, puasa dan tawakkal jika tidak memberi mamfaat bagi mereka yang mengamalkannya. Namun dalam hal tawakkal, saya melihat di masyarakat kita berkembang bentuk tawakkal keliru, yang mengakibatkan orang gampang pasrah, gampang menyerah dalam segala hal, yang menjadikan mereka tidak lagi memiliki daya bersaing, tidak sungguh-sungguh dalam berkarya. Sepertinya selama ini kita telah salah dalam memahami arti tawakkal yang sebenarnya. Kapan, dimana, dalam urusan dan skala apa kita diharuskan bertawakkal? Salah memahami perintah Tuhan mengakibatkan salah dalam pengamalannya. Kalau salah dalam pengamalannya berarti bukannya mendapat mamfaat, sebaliknya malah mendatangkan mudhorat.